BAB I
PRINSIP DAN TUJUAN
1.1 Prinsip percobaan
Berdasarkan metode variasi kontinu.
1.2 Tujuan percobaan
Untuk mengamati perubahan kimia sebagai
petunjuk terjadinya suatu reaksi.
Untuk menentukan koefisien reaksi
berdasarkan pembentukan endapan dengan metode variasi kontinu.
BAB II
TEORI PENUNJANG
2.1
Dasar Teori
Ilmu kimia adalah ilmu yang dikembangkan
berdasarkan eksperimen melalui pendekatan ilmiah. Dalam ilmu kimia dipelajari
perubahan perubahan zat baik secara fisik maupun secara kimia. Perubahan dimana
terbentuknya suatu senyawa yang jenis dan sifatnya yang berbeda dari zat
pembentuknya, disebut sebagai perubahan kimia atau reaksi kimia. Perubahan yang
menunjukkan reaksi kimia dapat diamati dari terbentuknya hasil reaksi, seperti
gas, endapan, warna, dan perubahan kalor.
Dalam menuliskan persamaan kimia, rumus
kimia pereaksi diletakkan diruas kiri persamaan, sedangkan rumus kimia hasil
hasil reaksi diruas kanan persamaan. Antara kedua ruas tersebut dihubungkan
oleh tanda panah yang menyatakan perubahan pereaksi menjadi hasil reaksi.
Selain itu, untuk menunjukkan bahwa reaksi setara, diungkapkan dengan koefisien
reaksi. Koefisien reaksi menunjukkan jumlah atom atau molekul yang terlibat
dalam reaksi, atau menyatakan pula jumlah mol senyawa yang bereaksi. Misalnya
reaksi antara gas nitrogen dan gas hidrogen membentuk gas ammonia, persamaan
kimianya:
N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g)
Persamaan
itu menyatakan bahwa satu molekul nitrogen bereaksi dengan tiga molekul
hidrogen membentuk dua molekul ammonia, atau satu mol nitrogen bereaksi dengan
tiga mol hidrogen membentuk dua mol ammonia. Angka 1, 3, dan 2 adalah koefisien
reaksi. Angka 1 tidak dituliskan dalam persamaan kimia.
Secara laboratorium, untuk mengetahui
koefisien dalam persamaan kimia diperlukan sederetan data hasil percobaan.
Salah satu cara sederhana untuk menentukan koefisien reaksi adalah dengan
metode Variasi Kontinu. Prinsip dasar dari metode ini adalah apabila dalam
sederetan percobaan yang dilakukan, jumlah molar total campuran pereaksi dibuat
tetap, sedangkan jumlah molar masing masing pereaksi dibuat berubah
secara teratur (diberagamkan secara beraturan dan kontinu), maka perubahan yang
terjadi akibat adanya reaksi antara campuran pereaksi, seperti massa, volume,
dan suhu dapat digunakan untuk menentukan koefisien reaksi atau stoikiometri
reaksi.
Jika perubahan yang terjadi dialurkan
terhadap jumlah molar masing-masing pereaksi dalam satu grafik, maka akan
diperoleh titik potong maksimum atau titik potong minimum dari masingmasing
pereaksi yang dicampurkan. Titik potong yang terbentuk menyatakan perbandingan
koefisien dari masing-masing pereaksi.
2.2 Pengertian
stoikiometri
Reaksi kimia telah
mempengaruhi kehidupan kita. Sebagai contoh : makanan yang kita konsumsi setiap
saat setelah dicerna berubah menjadi tenaga tubuh. Nitrogen dan Hidrogen
bergabungn membentuk ammonia yang digunakan sebagai pupuk, bahan bakar dan
plastic dihasilkan dari minyak bumi. Pati dalam tanaman dalam daun disintetis
dari CO2 dan H2O oleh pengaruh energi matahari. Jadi
dapat dikatakan bahwa stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari kuantitas
produk dan reaktan dalam reaksi kimia (Chang, 2003). Dengan kata lain
stoikiometri adalah perhitungan kimia yang menyangkut hubungan kuantitatif zat
yang terlibat dalam reaksi (Syukri S, 1999).
2.3 Hukum-hukum dasar ilmu kimia
. Hukum kekekalan massa
Hukum kekekalan massa
ditemukan oleh Antonio Lauren Lavoisier (1785) yang berbunyi ”massa zat sebelum
dan sesudah reaksi adalah sama”. Contoh larutan A terdiri dari perak nitrat
3,40 gram dan 25 ml air ditambahkan kedalam larutan B yang terdiri dari 3,92
gram kalium kromat dan 25 ml air. Pada pencampuran ini terjadi reaksi dan
menghasilkan endapan coklat. Setelah selesai dan ditimbang ternyata bobot
campuran larutan A dan B itu tetap, yaitu 57,32 gram.
Berdasarkan hukum
kekekalan massa cacah atom tiap unsur ( bersenyawa atau bebas) yang ada
disebelah kiri tanda panah persis sama dengan cacah atom tiap unsur atau
senyawa yang ada disebalah kanan.
Hukum perbandingan tetap
Setelah munculnya
hukum kekekalan massa, maka sekitar tahun 1800 Josep Louis Proust melakukan
penelitian tentang hubungan massa unsur-unsur yang membentuk senyawa. Hasil penelitannya
menunjukkan perbandingan massa unsur-unsur yang menbentuk suatu senyawa tetap.
Kemudian lahir hukum proust atau hukum perbandingan tetap yang berbunyi:
“setiap senyawa terbentuk dari unsur-unsur dengan perbandingan tetap”.
Hukum perbandingan ganda
John Dalton tahun 1804
adalah orang yang pertama kali meneliti kasus adanya perbandingan tertentu
suatu unsur-unsur yang dapat membentuk senyawa lebih dari satu, yang dikenal
dengan nama hukum perbandingan tetap.Hukum Perbandingan Ganda berbunyi; “bila
dua macam unsur yang sama banyaknya, massa unsur berikutnya dalam
senyawa-senyawa itu akan berbanding sebagai bilangan bulat positif dan
sederhana”.
Contoh: pada senyawa antara nitrogen dan
oksigen.
Senyawa
|
Bobot (gram)
|
Perbandingan massa oksigen untuk
massa nitrogen tetap
|
|
Nirogen
|
Oksigen
|
||
Nitrogen monoksida
|
14
|
16
|
1 x 16
|
Nitrogen dioksida
|
14
|
32
|
2 x 16
|
Nitrogen trioksida
|
14
|
40
|
3 x 16
|
Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa untuk massa nitrogen
tetap maka perbandingan oksigen dari ketiga tersebut adalah; 1 : 2 : 3
Hukum perbandingan
volume
Hubungan antara volume
dari gas-gas dalam reaksi kimia telah diselidiki oleh Joseph Louis Gay-Lussac
dalam tahun 1905. Hasil penelitian ini lahir hukum perbandingan tetap yang
berbunyi: volume gas-gas yang bereaksi, volume gas-gas hasil reaksi , bila
diukur pada suhu dan tekanan yang tetap akan berbanding sebagai bilangan
bilangan bulat dan sederhana.
Hukum Avogadro
Avogadro sangat tertarik mempelajari sifat gas dan pada tahun
1911 avogadro membuat hipotesis Avogadro yang berbunyi: pada suhu dan tekanan
yang tetap, “semua gas yang volumenya sama akan mengandung mokelul yang sama
cacahnya” (Syukri S 1999).
2.4 Persamaan kimia
Persamaan kimia terdiri
dari tiga hal yaitu pereaksi, anak panah dan hasil reaksi. Pereaksi adalah zat
mula-mula yang terdapat sebelum terjadi reaksi. Hasil reaksi adalah zat apa
saja yang dihasilkan selama reaksi kimia berlansung. Suatu reaksi kimia
berimbang menujukkan rumus pereaksi kemudian anak panahdan hasil reaksi dengan
jumlah atom dikiri dan di kanan anak panah sama.
Persamaan kimia
memberikan dua macam informasi penting yaitu tentang sifat reaktan dan produk.
Sifat reaktan dan produk harus ditentukan secara percobaan. Persamaan reaksi
sering ditunjukkan keadaan fisika reaktan dan produk (Sastrohamidjojo H, 2000).
Keadaan
|
Symbol
|
Padat
Cair
Gas
Larutan berair
|
(p)
(c)
(g)
(aq)
|
2.3.1. Penulisan
rumus kimia
Rumus suatu zat
menyatakan banyaknya atom yang menyusun zat tersebut. Ada beberapa jenis rumus
antara lain:
a. Rumus
Unsur
Rumus unsur kebanyakan unsur
ditulis berdasarkan lambangnya baik yang monoatomik seperti Na, Ca, dan Fe,
diatomik seperti; H2, Cl2, dan F2, maupun
berupa poliatomik seperti S8 dan P4.
b. Rumus
Empiris
Rumus empiris menyatakan perbandingan bilangan
bulat terkecil dari atom-atom yang membentuk suatu senyawa, misalnya H2O2 mempunyai
rumus empiris HO
c. Rumus
molekul
Rumus molekul menyatakan banyaknya atom yang
sebenarnya yang terdapat dalam molekul atau satuan terkecil dari suatu
senyawaan.
2.3.2. Menulis
persamaan berimbang
Untuk menulis suatu
persamaan dapat dilakukan dengan dengan tiga cara yaitu sebagai berikut :
1. Tulis nama pereaksi,
kemudian anak panah, dan kemudian hasil reaksi, (Metana
+ Oksigen karbon dioksida + air)
2. tulis ulang setiap
pernyataan itu dengan menggunakan rumus tiap zat, (CH4
+ O2 CO2 +
H2O)
3. berimbangkan persamaan
dengan memilih koefisien bilangan bulat yang sesuai untuk setiap rumus, (CH4
+ 2O2 CO2 + 2H2O)
Apabila satuan
rumus telah dikenali, ini merupakan cara sederhana untuk menentukan bobot rumus
suatu senyawa. Bobot rumus adalah masa dari satuan rumus relatif terhadap massa
yang ditentukan. 1200000 untuk atom karena bobot atom juga relatif
terhadap , bobot rumus dapat ditentukan dengan penjumlahan bobot
atom-atomnya. Bilasuatu senyawa menganding molekul-molekul diskrit, dapat juga
didefinisikan bobot molekulnya. Bobot molekul adalah massa dari sebuah molekul
terhadap massa yang ditentukan 1200000 untuk satuan atom (Ralph
Petrucci, 1987).
Bobot satu mol suatu
zat disebut bobot molar. bobot molar dalam gram suatu zat secara numeris sama
dengan bobot molekul dalam satuan massa atom. Untuk menafsirkan persamaan kimia
dalam kuantitas zat yang dapat dipelajari dilaboratorium mula-mula semua
kuantitas dinyatakan dalam mol.
Hampir selalu terlalu
terdapat pereaksi yang kurang banyak ketimbanag yang dibutuhkan agas semua
pereaksi bersenyawa. Pereaksi pembatas adalah zat yang habis bereaksi saat
reaksi kimia. Pereaksi sisa adalah zat yang masih tertinggal / bersisa pada
reaksi kimia. Perhitungan yang didasarkan persamaan harus dimulai dari
banyaknya pereaksi pembatas (keenan, 1984).
Mol dari suatu zat
adalah banyaknya susatu zat yang mengandung 6,022 1023 satuan.
Konsep mol sangatlah penting dalam ilmu kimia karena berguna dalam menentukan
jumlah partikelzat jika diketahui massa dan massa relatif. Dalam perhitungan
hubungan antara massa dengan mol adalah
Keterangan : n = jumlah mol (mmol)
M = massa zat (M)
V = volume zat (ml)
Konsep mol juga terdapat pada gas dan suhu
dengan tekanan yang sama. Persamaan ini dikenal dengan persamaan gas ideal yang
dinyatakan sebagai
Keterangan : T =
suhu
n = jumlah mol
P = tekanan gas
V = volume
R = tetapan gas (0,082)
Terdapat banyak metode untuk menentukan
presentase bobot dari unsur-unsur yang berbeda dalam suatu senyawa. Metode ini
beraneka ragam tergantung pada mecam senyawa dan unsur yang menyusunnya. Dua
metode klasik yaitu :
a. Metode
analisis pengendapan dapat digunakan bila berbentuk senyawa yang sedikit sekali
larut. Misalnya suatu senyawa baru mengandung perak, maka dapat dilarutkan.
Persentase perak dapat dihitung dengan :
b. Metode
analisis pembakaran digunakan secara meluas. Jika suatu zat mengandung karbon
dan hydrogen. Contoh senyawa itu setelah ditimbang dapat dibakar dalam suatu
tabung tertutup dalam suatu aliran oksigen, untuk menghasilkan karbon dioksida
dan air. Produk pembakaran dikeluarkan dari tabung dengan aliran oksigen
kedalam 2 bahan penyerap, satu penyerap air dan lainnya menyerap karbon
dioksida (Keenan, 1984)
Dengan mengetahui
beberapa sifat jenis reaksi, kita dapat menerangkan reaksi-reaksi kimia lebih
mudah untuk dipahami. Jenis-jenis reaksi kimia antara lain :
1. Reksi
pembakaran adalah suatu reaksi dimana unsur atau senyawa bergabing dengan
oksigen membentuk senyawa yang mengandung oksigen sederhana. Misalnya (CO2,
H2O, dan lain-lain)
2. Reaksi
penggabungan (sintesis) adalah suatu reaksi dimana sebuah zat yang lebih
kompleks terbentuk dari dua atau lebih zat yang lebih sederhana (baik unsur
maupun senyawa).
3. Reaksi
penguraian adalah suatu reaksi dimana suatu zat dipisah menjadi zat-zat yang
lebih sederhana.
4. Reaksi
penggantian adalah suatu reaksi dimana sebuah unsur memindahkan unsur lain
dalam suatu senyawa.
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1
Cara Kerja
Reaksi-reaksi
kimia
a. Ke
dalam dua buah tabung reaksi, masing masing diisi dengan 0,5ml larutan AgNO3
0,1 M. terhadap tabung kesatu ditambahkan tetes demi tetes larutan NaOH 0,1 M,
dikocok dan diamati perubahannya. Kedalam tabung kedua ditambahkan ammonia 1 M
tetes demi tetes sampai terjadi perubahan dua kali. Diamati perubahannya.
b. Ke
dalam sebuah tabung reaksi dimasukkan 2ml methanol, kemudian dimasukkan 2ml H2SO4
pekat yang dialirkan melalui dinding tabung secara hati hati. Dengan hati
hati pula ditambahkan 4 sampai 5 tetes KMnO4. Diamati perubahan yang
terjadi.
Stoikiometri
reaksi pengendapan
a. Disediakan
dua buah gelas kimia 50mL. Ke dalam satu gelas kimia dimasukkan 1 ml NaOH 0,1
M. pada gelas kimia yang lain dimasukkan 5mL AgNO3. Dicampurkan
kedua larutan tersebut, kemudia dikocok.
b. Dibiarkan
campuran tersebut agar endapan yang terbentuk berada di dasar gelas kimia.
c. Diukur
tinggi endapan yang terbentuk menggunakan mistar (agar akurat tetapkan satuan
mili meter).
d. Dilakukan
cara yang sama dengan langkah (a sampai c) untuk percobaan berikut , dengan
mengubah volume pereaksi masing masing dengan volume total tetap 20ml
·
15mL NaOH 0,1 M dan 5mL AgNO3
·
10mL NaOH 0,1 M dan 10mL AgNO3
·
5mL NaOH 0,1 M dan 15mL AgNO3
3.2 Alat alat yang digunakan
a. Tabung reaksi (12)
b.
Pipet tetes (4)
c. Sumbat berpipa pengalir (1)
d. Gelas kimia 25mL (2)
e. Gelas ukur 10mL (1)
f. Mistar ukuran 20cm
3.3 Bahan-bahan yang digunakan
a. NaOH 0,1 M
b.
AgNO3 0,1 M
c. Ammonia 1 M
d. Methanol
e. H2SO4 pekat
f. KMnO4
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil percobaan
Reaksi reaksi kimia
a.
Pada 0,5 mL AgNO3
ditambah 5 tetes NaOH 0,1 M dan dikocok mengasilkan larutan
keruh endapan coklat (tabung 1).
Pada
0,5 mL AgNO3 ditambah 3 tetes
Amonia 1 M menghasilkan larutan keruh endapan putih (tabung 2)
Pada
0,5 mL AgNO3 ditambah ammonia berlebih menghasilkan larutan berwarna
putih /endapan larut
b. Pada
2 mL methanol ditambah 2 mL H2SO4 pekat mengasilkan 2
fasa, fasa atas methanol fasa bawah H2SO4 pekat larutan
menjadi panas. Ketika ditambahkan KMnO4 5 tetes menghasilkan 3 fasa,
fasa atas KMnO4, fasa tengah methanol dan fasa bawah H2SO4
pekat, larutan mnjadi semakin panas.
Stoikiometri reaksi
pengendapan
Disajikan dalam bentuk
tabel berikut:
Percobaan
|
Hasil
reaksi
|
Tinggi
endapan
|
1 mL NaOH 0,1M + 5 mL
AgNO3 0,1 M + kocok
|
Larutan keruh
berwarna coklat, endapan coklat
|
1mm
|
15 mL NaOH 0,1 M + 5
mL AgNO3 0,1 M + kocok
|
Larutan keruh
berwarna coklat, endapan coklat
|
1mm
|
10 mL NaOH 0,1 M + 10
mL AgNO3 0,1 M + kocok
|
Larutan keruh
berwarna coklat, endapan coklat
|
2mm
|
5 mL NaOH 0,1 M + 10
mL AgNO3 0,1 M + kocok
|
Larutan keruh berwarna
coklat, endapan coklat
|
1mm
|
4.2
pembahasan
Stoikiometri adalah
perhitungan kimia yang menyangkut hubungan kuantitatif zat yang terlibat dalam
reaksi. Reaksi stoikiometri adalah suatu reaksi kimia dimana pereaksi
dalam reaksi tersebur habis bereaksi, sehingga tidak ada mol sisa dalam
pereaksi atau tidak ada pereaksi pembatas. Dalam suatu reaksi juga terdapat
reaksi eksoterm dan endoterm. Reaksi eksoterm apabila kalor berpindah dari
system ke lingkungan sehingga suhu disekitar larutan menjadi panas sedangkan
reaksi endoterm adalah apabila kalor berpindah dari lingkungan ke sisitem,
sehingga suhu system menjadi lebih dingin.
Apabila suatu larutan
berbeda dicampurkan biasanya terjadi perubahan sifat fisik, seperti perubahan
warna, suhu, bentuk, dan lain – lain. Dalam parktikum ini yang dibahas adalah
perubahan suhu. Suhu terendah dari suatu campuran disebut titik minimum
sedangkan suhu tertinggi dari suatu campuran disebut titik maksimum. Biasanya
titik maksimum didapat apabila reaksi tersebut adalah stoikiometri.
Dalam suatu reaksi
tidak semua reaktan habis. Terkadang dijumpai salah satu reaktan habis
bereaksi duluan sehingga membatasi berlanjutnya reaksi, pereaksi ini disebut
pereaksi pembatas. Dari adanya pereaksi pembatas maka terdapat reaksi yang
belum bereaksi karena pereaksi yang lain sudah habis duluan, pereaksi yang
bersisa ini disebut pereaksi sisa.
Pada percobaan praktikum
reaksi kimia a merupakan jenis reaksi anorganik terjadi reaksi sebagai berikut
2
Menghasilkan endapan yang
kelarutan dalam airnya sangat sangat kecil kemudian direaksikan dengan ammonia
berlebih dan timbul reaksi seagai berikut
Menghasilkan ion kompleks diaminaargentat yang larut dalam air
Pada
percobaan reaksi kimia b merupakan jenis reaksi organic terjadi reaksi sebagai berikut
CH3OH + H2SO4
→ CH3OSO3H + H2O
Saat
penambahan methanol dengan asam sulfat Terjadi reaksi eksotermis yaitu reaksi
yang menghasilkan panas. Penambahan asam sulfat agar kondisi menjadi asam dan
sebagai katalis dalam pembuatan aldehida
CH3OSO3H
+ KMnO4 → HCOH
saat
penambahan permanganate menghasilkan senyawa aldehyde dan reaksi bersifat
eksotermis. Ketika reaksi belum sempurna maka membentuk 3 fasa. Tetapi dalam
teoritisnya apabila suatu senyawa bereaksi maka akan mengasilkan 1 fasa.
Terbentuknya 3 fasa ini dikarenakan belum bereaksi secara keseluruhan. Antara
masing masing reaktan
Pada
percobaan stoikiometri terjadi reaksi
sebagai berikut:
Pada percobaan stoikiometri . yang
pertama yaitu saat penambahan 15mL NaOH 0,1 M dan 5mL AgNO3 akan
terjadi reaksi 1.5mmol NaOH dengan 0.5mmol AgNO3 sehingga didapatkan
sisa reaktan sebanyak 1mmol NaOH dan menghasilkan 0.25 mmol sebanding dengan 1 mm ketebalan endapan. Reaksi
tersebut belum sempurna karena reaktan masih bersisa.
Awal
|
1.5mmol
|
0.5mmol
|
-
|
-
|
-
|
Reaksi
|
0.5mmol
|
0.5mmol
|
0.25mmol
|
0.5mmol
|
0.25mmol
|
Setimbang
|
1mmol
|
0mmol
|
0.25mmol
|
0.5mmol
|
0.25mmol
|
Pada
percobaan stoikiometri . yang kedua yaitu saat penambahan 10mL NaOH 0,1 M dan
10mL AgNO3 akan terjadi reaksi 1 mmol NaOH dengan 1 mmol AgNO3
sehingga didapatkan reaktantidak bersisa dan menghasilkan 0.5 mmol sebanding dengan 2 mm ketebalan endapan.
Reaksi tersebut b sempurna karena reaktan tidak bersisa.
Awal
|
1mmol
|
1mmol
|
-
|
-
|
-
|
Reaksi
|
1mmol
|
1mmol
|
0.5mmol
|
1mmol
|
0.5mmol
|
Setimbang
|
0mmol
|
0mmol
|
0.5mmol
|
1mmol
|
0.5mmol
|
Pada
percobaan stoikiometri . yang pertama yaitu saat penambahan 5mL NaOH 0,1 M dan 15mL
AgNO3 akan terjadi reaksi 0.5mmol NaOH dengan 1.5mmol AgNO3
sehingga didapatkan sisa reaktan sebanyak 1mmol AgNO3 dan
menghasilkan 0.5 mmol sebanding dengan 1 mm ketebalan endapan.
Reaksi tersebut belum sempurna karena reaktan masih bersisa.
Awal
|
0.5mmol
|
1.5mmol
|
-
|
-
|
-
|
Reaksi
|
0.5mmol
|
0.5mmol
|
0.25mmol
|
0.5mmol
|
0.25mmol
|
Setimbang
|
0mmol
|
1mmol
|
0.25mmol
|
0.5mmol
|
0.25mmol
|
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil kegiatan
praktikum baik dalam pengamatan, perhitungan serta pembahasan dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1) Ketika pencampuran
larutan, apabila terjadi reaksi maka akan terjadi perubahan sifat fisik,
seperti perubahan warna, suhu, bentuk, gas dan lain – lain
2) Pada percobaan reaksi
kimia yang “a” merupakan reaksi kimia yang jenisnya adalah reaksi senyawa
anorganik. Dan salah satu reaksinya ditandai dengan terbentuknya endapan di
dalam larutan yaitu endapan yang
berasal dari reaksi perak nitra dengan basa. endapan apabila
ditambahkan ammonia berlebih maka akan membentuk ion kompleks yang larut dalam
air yaitu ion kompleks diaminaargentat
3) Pada percobaan reaksi
yang ”b” merupakan reaksi kimia yang jenisnya adalah reaksi senyawa organic.
Dan salah satunya reaksi ditandai dengan perubahan suhu pada istem larutan.
Reaksi Methanol dengan permanganate dengan bantuan asam akan menghasilkan
senyawa aldehida
4) Pada percobaan
stoikiometri didapat hasil yaitu 2 mol natrium hidroksida akan tepat bereaksi
atau bereaksi sempurna dengan 2 mol perak nitrat dan menghasilkan 1 mol dan 2
mol natrium nitrat dan 1 mol air.
LAMPIRAN
Perhitungan pembuatan
larutan
NaOH 0,1M 50ml ( Mr
NaOH= 40)
Mencari NaOH yang akan
dilarutkan
M = x
ð 0,1M
= x
ð gr
=
ð 0,2
gram NaOH
AgNO3
0,1 M 50ml (Mr AgNO3 = 170)
Mencari
AgNO3 yang akan dilarutkan
M
= x
ð 0,1
M = x
ð gr
=
ð 0,85
gram AgNO3
DAFTAR
PUSTAKA
Keenan. 1984. Kimia untuk Universitas.
Jakarta: Erlangga.
Petrucci., Ralp. 1987. Kimia
Dasar. Jakarta: Erlangga.
Rahmania, Inti.
2008. Modul Praktikum Kimia Dasar.
Bandung: Universitas Al-Ghifari.
S, syukri. 1999. Kimia Dasar 1.
Bandung: ITB.
Sastrohamidjojo, H. 2005. Kimia Dasar.
Yogyakarta: UGM.
BAB I
PRINSIP DAN TUJUAN
1.1 Prinsip percobaan
Berdasarkan reaksi pembentukan gas
1.2
Tujuan percobaan
Untuk mengetahui dan mengenal pembuatan
gas
BAB II
TEORI PENUNJANG
2.1
Dasar Teori
Suatu senyawa anorganik terdiri dari
ion ion, baik kation maupun anion yang bila direaksikan dengan asam encer/pekat
pada keadaan dingin/panas dapat mengeluarkan gas berwarna atau tidak berwarna.
Berbagai gas kation atau anion dapat dibedakan satu dengan lainnya secara
reaksi kimia ataupun berdasarkan sifat fisiknya.
Contoh:
CO3-2
+ 2 H+ H2CO3
H2CO3 H2O
+ CO2
Ba(OH)2
+ CO2
BaCO3 + H2O
Ion CO3-2
dengan asam (H+) akan menghasilkan gas CO2 yang dapat
mengeruhkan air barit atau Ba(OH)2 sifat ini tidak dimiliki oleh gas
lain.
2.2
Pengenalan gas
Gas NH3 adalah gas yang
mempunyai bau. Gas ini dapat dibuat dengan mereaksikan ammonium klorida dengan
larutan NaOH dan dipanaskan dalam tabung reaksi. Adanya gas ini dapat diketahui
dengan cara membau. Cara membau langsung
dengan hidung jangan sekali-kali dilakukan untuk gas yang berbahaya. Cara
membau yang relative aman adalah dengan mengipas-ngipaskan tangan diatas mulut
tabung dan hidung kita jarak relative jauh berusaha membau gas yang keluar.
Kertas lakmus ada dua yaitu biru dan merah, digunakan sebagai indicator atau
petunjuk apakah senyawa tersebut bersifat asam atau basa dengana melihat perubahan
warnanya.
2.3
Indikator asam basa
Menurut konsem Bronsted-Lowry mengenai asam dan basa, suatu
asam adalah zat yang dapat memberikan ion hidrogen yang bermuatan positif atau
proton (H+). Dua contoh dari asam Bronsted-Lowry adalah HCl dan HNO3.
Basa didefinisikan tidak hanya molekul atau ion yang menghasilkan OH-
saja tetapi zat yang dapat menerima H+. Contohnya OH- dan
NH3. (Fessenden dkk, 1989)
Menurut Arrhenius (1884), asam adalah zat yang dalam pelarut
air menghasilkan ion hidrogen (H+). Contohnya HCl, sedangkan basa
adalah zat yang dalam pelarut menghasilkan ion hidroksi (OH-),
Contohnya NaOH. Asam adalah zat yang dapat melarutkan logam, tergantung dari
kekuatannya. Asam memiliki rasa masam, contohnya adalah asam asetat (CH3COOH),
sedangkan basa memiliki rasa pahit dan licin bila di pegang. Dalam keadaan
murni, basa biasanya berbentuk padat. Basa bersifat alkali, bereaksi dengan
protein di dalam kulit sehingga sel-sel kulit akan mengalami pergantian,
contohnya adalah sabun. (Petrucci, 1987).
Indikator asam-basa biasanya dibuat dalam bentuk larutan
atau bentuk lain, kertas berpori direndam dalam larutan indikator, atau
dikeringkan. Jika kertas ini dibasahi dengan larutan yang sedang diuji, terjadi
perubahan warna yang dapat dijadikan sebagai penentu pH. Kertas yang seperti
ini lazim disebut kertas pH (lakmus) (Petrucci, 1987).
Kertas lakmus adalah salah satu alat ukur ph konvensional.
Kertas lakmus biru digunakan untuk mengukur pH asam, sedangkan kertas lakmus
merah digunakan untuk mengukur pH basa. Prinsip kerjanya sederhana, hanya
dengan melihat perubahan warna pada kertas lakmus saat dicelupkan pada larutan
yang ingin diketahui nilai pHnya. Selanjutnya perubahan warna kertas lakmus
dicocokkan dengan bagan warna penunjuk yang ada sehingga diketahui nilai pHnya.
Alat ukur ini kurang efektif karena sensitivitasnya kecil dan nilai pH yang
terbaca adalah nilai pendekatan (yaitu dengan menentukan kemiripan warna yang
paling dekat antara kertas lakmus dan bagan warna) (Anonim, 2012).
Sehingga fungsi dari kertas lakmus adalah mengetahui sifat
asam atau basa dari suatu zat. Suatu zat tergolong asam apabila lakmus biru
setelah diinteraksikan dengan suatu zat akan berubah warna menjadi merah.
Begitu sebaliknya untuk kertas lakmus merah akan berubah menjadi biru bila
diinteraksikan dengan zat basa. Apabila lakmus merah atau biru tidak berubah
warna ketika direaksikan dengan suatu zat, maka zat itu bersifat netral. pH 7
bersifat netral, pH di bawah 7 bersifat asam, pH di atas 7 bersifat basa.
Perubahan warna yang dihasilkan oleh kertas lakmus
sebenarnya disebabkan karena adanya orchein (ekstrak Lichenes) di dalam
kertas lakmus. Lakmus biru dibuat dengan menambahkan ekstrak lakmus yang
berwarna biru ke dalam kertas putih. Kertas akan menyerap ekstrak lakmus yang
selanjutnya dikeringkan di udara terbuka, sehingga menghasilkan kertas lakmus
biru. Kertas lakmus biru pada larutan yang bersifat basa akan tetap biru,
karena orhein merupakan anion, sehingga tidak akan bereaksi pada anion (OH-)
(Miftahur, 2014)
BAB III
PROSEDUR KERJA
3.1
Prosedur percobaan
Gas Hidrogen
a.
Dimasukkan seujung spatel logam Zn
kedalam tabung reaksi.
b.
Ditambahkan 5mL H2SO4
enamN dan 5 tetes CuSO4 10%, segera ditutup dengan tabung reaksi
lain.
c.
Setelah reaksi berjalan kurang lebih
satu menit, dinyalakan korek api, diangkat tabung reaksi yang berisi gas
hidrogen (tutupnya) secara hati hati.
d.
Diamati apa yang terjadi (bila terbentuk
gas hidrogen akan terjadi letupan)
Gas Amoniak (NH3)
a.
NH4Cl disimpan dalam kaca
arloji.
b.
Ditambahkan NaOH enamN dan ditutup
dengan corong yang diletakkan terbalik.
c.
Ujung corong disumbat dengan kertas
lakmus merah yang telah dibasahi akuades.
d.
Ditempatkan diatas penangas air, lakmus
merah akan berubah menjadi biru.
Gas Karbondioksida (CO2)
a.
Kedalam tabung reaksi dimasukkan HCl
encer.
b.
Ditambahkan CaCO3, akan
terbentuk gas CO2.
c.
Diselidiki gas tersebut dengan cara
mengalirkan kedalam air barit atau Ba(OH2), jika terjadi kekeruhan
menandakan adanya gas CO2.
3.2
Alat yang digunakan
a.
Tabung reaksi
b.
Bekker glass
c.
Corong
d.
Kaca arloji
e.
Kawat kassa
f.
Bunsen
g.
Kaki tiga
h.
Pipa bengkok
3.4 Bahan yang digunakan
a.
Logam Zn
b.
NH4Cl
c.
Lakmus merah
d.
Ba(OH)2
e.
H2SO4
f.
HCl
g.
CuSO4 10%
h.
CaCO3
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil percobaan
Gas
Hidrogen (H2)
·
Zn dimasukkan seujung spatel kedalam
tabung reaksi
·
Zn ditambah 5mL H2SO4
enamN dan 5 tetes CuSO4 10%
·
Ditutup
tabung lain selama satu menit dan diberi api menghasilkan gas H2 karena
saat didekatkan api terjadi letupan.
Gas
Amoniak (NH3)
·
NH4Cl Kristal disimpan dalam
kaca arloji seujung spatel.
·
NH4Cl
ditambah NaOH enamN enam tetes ditutup dengan coromg bersumbat lakmus dan
dipanaskan dalam penangas air
menghasilkan gas NH3 karena lakmus merah berubah menjadi biru.
Gas
karbondioksida (CO2)
·
HCl encer 2mL dimasukkan kedalam tabung reaksi
·
CaCO3 ditambahkan seujung
spatel akan terbentuk gas CO2
·
Ba
(OH2) 2mL dialirkan kedalam tabung reaksi tersebut yang membuktikan terbentuknya gas CO2 dengan terjadinya kekeruhan pada larutan
setelah ditambahkan barit/ Ba(OH2).
4.2
Pembahasan
Pada pembentukkan gas hidrogen logam
Zn, H2SO4 pekat dan CuSO4 10% dicampurkan
dalam tabung reaksi dan didiamkan selama satu menit setelah ditutup dengan
tabung lain. Ditutup dengan tabung lain bertujuan untuk mencegah gas yang
sedang bereaksi keluar, didiamkan selama satu menit bertujuan untuk
menghasilkan reaksi yang diinginkan karena butuh waktu untuk logam Zn, H2SO4
pekat dan CuSO4 10% bereaksi sempurna. Setelah satu menit, tabung
penutup tersebut dibuka dan menghasilkan bunyi letupan yang nyaring. Terjadinya
bunyi letupan tersebut berasal dari uap CO2yang dihasilkan dari
reaksi logam Zn, H2SO4 pekat dan CuSO4 10%
dengan percikan api.
Pada percobaan gas amoniak, terjadi
reaksi pencampuran antara NH4Cl dan NaOH yang menghasilkan NH3,
NaCl, dan H2O. Reaksi terjadi karena pereaksi dipanaskan pada
pembakar spirtus yang membuat larutan tersebut mendidih dan mengeluarkan gas NH3
yang berbau. Selain NH3, reaksi tersebut juga menghasilkan NaCl dan
air (H2O). Gas amoniak hasil reaksi tersebut dapat diketahui dengan
mencium bau yang dikelurakan yaitu bau busuk dan dengan pengujian lakmus.
Lakmus merah yang disumbat dalam ujung corong berubah menjadi biru, itu
membuktikan bahwa gas hasil reaksi tersebut bersifat basa. Gas hasil reaksi
tersebut fdalah ammonia (NH3).
Pada percobaan gas karbondioksida
HCl encer ditambahkan CaCO3 akan terbentuk gas CO2.
Terbentuknya gas CO2 terbukti secara visual setelah penambahan
barit/ Ba(OH2) larutan tersebut menjadi keruh.
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil kegiatan
praktikum baik dalam pengamatan, perhitungan serta pembahasan dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
a. Adanya
nyala api pada percobaan gas hidrogen yang menandakan sampel positif terdapat
gas hidrogen.
b. Pada
pembentukan gas amoniak terjadi perubahan warna kertas kalmus merah menjadi
biru yang menandakan terdapatnya gas amoniak yang bersifat basa.
c. Pada
pembentukan gas karbondioksida terjadi perubahan warna larutan yang semula
bening menjadi keruh dengan adanya sedikit endapan berwarna putih, yang
menandakan sampel positif mengandung gas karbondioksida.
DAFTAR PUSTAKA
Aripin, Khairul. 2009. Laporan Kimia Dasar. Yogyakarta: Institut
Pertanian Stiper.
Brady, James E.1998. Kimia Untuk Universitas Azas dan struktur
jilid 1. Jakarta Barat: Binarupa Aksara.
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Edisi 3 Jilid 1.
Erlangga. Jakarta.
Fessenden, Joan S dan Fessenden,
Ralp J. 1989. Kimia Organik Edisi 3.
Rahmania, Inti. 2008. Modul Praktikum Kimia Dasar. Bandung: Universitas
Al-Ghifari.
BAB I
PRINSIP DAN TUJUAN
1.1
Prinsip percobaan
Berdasarkan pengristalan garam yang
terbentuk. Dimana beberapa garam dapat mengkristal dari larutannya dengan
mengikat sejumlah molekul air sebagai hidrat.
1.2 Tujuan percobaan
Untuk mempelajari
pembuatan dan sifat sifat garam rangkap kupri ammonium sulfat dan garam
kompleks tetramin tembaga (II) sulfat monohidrat.
BAB II
TEORI PENUNJANG
2.1
Dasar Teori
Senyawa garam kompleks mempunyai keistimewaan pada banyaknya
(jumlah) senyaewa dan kestabilannya. Misalnya senyawa kompleks kobalt, krom dan
senyawa kompleks tembaga.
Pada percobaan ini
pertama tama akan dilakukan pembuatan garam kompleks Cu tetreamin sulfat,
kemudian dilakukan penetapan rumus kesetabilan kompleks. Ada tiga cara
menetapkan rumus kompleks secara sepektrofotometer, yaitu:
1. Metode
variasi kontinu
2. Metode
banding molar
3. Metode
angka banding lereng
Contoh
reaksinya:
Cu(H2O)4+2
+ NH3 Cu(NH3)2
(H2O)+2 + NH3 + 2H2O (biru)
Cu(NH3)2
(H2O)+2 + NH3 Cu(NH3)4+2 +
2H2O (biru tua)
Cu(H2O)4SO4
+ 4NH3 Cu(NH3)4
SO4 + 4H2O
2.2 Garam Kompleks
Garam
merupakan senyawa yang umumnya merupakan hasil reaksi asam dan basa yang dapat
bersifat asam, basa, ataupun netral. Larutan garam dapat menghantarkanlistrik.
Garam-garam kuat akan menunjukkan daya hantar listrik yang lebih tinggi
daripada garam-garam lemah. Garam-garam kuat merupakan klorida dari logam
alkali danalkali tanah, sedang klorida dari aluminium, raksa kadmium, dan
berilium adalah garam lemah. Berdasarkan keadaan-keadaan ketika dilarutkan
dalam sebuah pelarut, garam dapat diklasifikasikan menjadi 2: 1.
Garam Kompleks Merupakan garam-garam yang mengandung
ion-ion kompleks dalam larutan. Misalnya : CO(NH3)Cl3
Garam Rangkap Merupakan garam yang
merupakan campuran bermacam-macam ion sederhana yang akan mengion apabila
dilarutkan kembali. Garam rangkap terbentuk melalui kristalisasi dari larutan
campuran sejumlah ekuivalen atau lebih garam tertentu dengan perbandingan
tertentu pula. Contoh: FeSO4(NH4)2SO4.H2O
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Cara
Kerja
a. Dilarutkan 20 gram CuSO4
5 H2O dalam campuran 30mL ammonia pekat dan 20mL akua DM dalam
bekker glass 100ml.
b. Disaring endapan biru tua dengan
kertas saring Whatman medium, disempurnakan pengendapan dengan 30ml alkohol.
c. Didiamkan selama beberapa menit,
ditempatkan ditempat yang dingin atau air es, disaring Kristal buru gelap dengan
penyaring Buchner.
d. Dicuci endapan mula-mula dengan
campuran (1:1) alkohol dengan ammonia pekat, dicuci kembali dengan alkohol dan
eter, dikeringkan garam ini pada temperature kamar.
e. Ditimbang garam ini sebagai garam
Cu-tetramin sulfat.
3.2 Alat
yang digunakan
a. Tabung reaksi (3)
b. Gelas ukur 10ml (1)
c. Gelas ukur 50ml (1)
d. Gelas ukur 100ml (1)
e. Beaker glass 50ml (1)
f. Kaca arloji (2)
g. Kertas saring
h. Batang pengaduk
i.
Corong
3.3 Bahan
yang digunakan
a. Kristal CuSO4 5 H2O
b. Krista l (NH4)2SO4
c. Etil alkohol
d. Ammonia
e. Akuades
BAB IV
HASIL PERCOBAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil percobaan
·
CuSO4
5H2O + NH3 pekat => larutan berwarna biru keruh dan
CuSO4 tidak larut sempurna
·
CuSO4
5H2O + NH3 pekat+ akuades => larutan berwarna biru
keruh dan CuSO4 tidak larut sempurna
·
CuSO4
yang tidak larut dipisahkan dan tidak ikut disaring
·
CuSO4
disaring => titrat berwarna biru terang, endapan berwarna biru keruh
·
Filtrat
dan alkohol dikocok => terbentuk endapan berwarna biru muda
·
Filtrat
dan alkohol disaring => endapan berwarna biru muda, filtrat berwarna biru
terang
·
Endapan
dicuci dengan alkohol : ammonia (1:1)
·
Endapan
dicuci dengan alkohol : eter (1:1)
·
Tunggu
sampai filtrat berhenti menetes, endapan direndam dalam air di bekker glass
sampai terbentuk kristal.
·
Berat
kristal= …. gram
4.2 Pembahasan
Garam Rangkap Merupakan garam yang merupakan campuran
bermacam-macam ion sederhana yang akan mengion apabila dilarutkan kembali.
Garam rangkap terbentuk melalui kristalisasi dari larutan campuran sejumlah
ekuivalen atau lebih garam tertentu dengan perbandingan tertentu pula. Contoh:
FeSO4(NH4)2SO4.H2O
Hasil pencampuran kedua garam tersebut akan menghasilkan
larutan yang berwarna biru keruh. Warna biru keruh tersebut terjadi sebagai
akibat camputran yang kurang sempurna (heterogen) namun setelah pemanasan,
kekeruhan tersebut berangsur-angsur hilang dan membentuk larutan homogen
berwarna biru. Air mempunyai momen dipol yang besar dan ditarik baik ke kation
maupun anion untuk membentuk ion terhidrasi. Dari sifatnya tersebut maka digunakannya
pelarut air karena kedua garam tersebut dapat larut dalam air dan tetap berupa
satu spesies ion. Kebanyakan garam anorganik lebih dapat larut dalam air murni
daripada dalam pelarut organik. Larutan segera ditutupi dengan kaca arloji
sehingga dapat mencegah menguapnya beberapa ion yang diinginkan untuk dapat
membentuk kristal monoklin sempurna.
Pembentukan larutan jenuh dapat dipercepat dengan pengadukan
yang kuat dari zat terlarut yang berlebih seperti yang kita lakukan dalam
percobaan ini hingga terbentuk larutan yang jenuh dimana ketika telah mencapai
keadaan ini dan melewatinya maka akan memperkecil hasil kali kelarutannya
sehingga ketika didinginkan maka akan terbentuk endapan berupa kristal garam
rangkap ammonium tembaga (II) sulfat heksahidrat yang berwarna hijau.
Percobaan selanjutnya yaitu pembuatan garam kompleks yang
merupakan suatu garam yang terbentuk karena ion atom pusat dan ligan saling
mengkompleks sehingga membentuk senyawa kompleks yang merupakan senyawa
berwarna. Pada umumnya, atom pusat pada senyawa kompleks berasal dari senyawa
logam-logam transisi yang dalam percobaan ini adalah tembaga yang bersifat
elektropositif. Logam-logam transisi dapat membentuk kompleks karena memiliki
orbital-orbital yang masih kosong. Ion logam yang bertindak sebagai atom pusat
akan menyediakan orbital-orbital kosong yang dimilikinya. Sedangkan molekul
netral atau anion yang bertindak sebagai ligan akan menyediakan pasangan
elektronnya untuk mengisi orbital-orbital kosong yang tersedia.
KESIMPULAN
Dari percobaan pembuatan garam kompleks dapat disimpulkan
bahwa garam rangkap dapat disintesis dengan mereaksikan Cu(SO4)4.5H2O
dan ammonium sulfat. Pembentukan garam kompleks dapat dilakukan dengan
mereaksikan CuSO4.5H2O yang logam Cu bertindak sebagai atom
pusat dan NH4OH yang gugus amina bertindak sebagai ligan.
Arifin. 2010. Penuntun Kimia Organik II. Kendari: Universitas Haluoleo.
Cotton, Wikinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar I. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Day, Underwood, A.L. 1980. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta:
Erlangga.
Rahmania, Inti. 2008. Modul Praktikum Kimia Dasar. Bandung:
Universitas Al-Ghifari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar